Sunday, May 17, 2009

Chenang

Mendongak aku ke langit pekat. Malam ini Elentari tak begitu pemurah. Tapi tak mengapa, di tempat bintang-bintang, ratusan obor berapi yang melayang-layang menjadi titik-titik cahaya di langit.

Dalam sela masa yang tak menentu mercun yang meletup menyelimut pantai dengan cahaya, seraya alam terbuka luas, seolah-olah mengajuk, bahkan meramal hidupku yang malar kelam ditandangi detik-detik cerah bersifat fana.

Dan sekali lagi aku meninggalkan hati di pantai.

Ada apa dengan pantai yang memanggil-manggil hati untuk ditinggal dibiar didampar di pasirnya?

Untuk menjadi kutipan orang-orang tak punya hati?

Lalu aku akan kembali ke Chenang,
untuk menyikat pasirnya,

Demi detik-detik cerah bersifat fana itu,
demi pelukan “Selamat Tahun Baru”,
demi “sweet dreams are made of these” ,
demi pasir di celah jari-jari kaki,
demi mencari kembali hati yang belum dituntut

walau hanya dalam mimpi.