Chenang
Mendongak aku ke langit pekat. Malam ini Elentari tak begitu pemurah. Tapi tak mengapa, di tempat bintang-bintang, ratusan obor berapi yang melayang-layang menjadi titik-titik cahaya di langit.
Dalam sela masa yang tak menentu mercun yang meletup menyelimut pantai dengan cahaya, seraya alam terbuka luas, seolah-olah mengajuk, bahkan meramal hidupku yang malar kelam ditandangi detik-detik cerah bersifat fana.
Dan sekali lagi aku meninggalkan hati di pantai.
Ada apa dengan pantai yang memanggil-manggil hati untuk ditinggal dibiar didampar di pasirnya?
Untuk menjadi kutipan orang-orang tak punya hati?
Lalu aku akan kembali ke Chenang,
untuk menyikat pasirnya,
Demi detik-detik cerah bersifat fana itu,
demi pelukan “Selamat Tahun Baru”,
demi “sweet dreams are made of these” ,
demi pasir di celah jari-jari kaki,
demi mencari kembali hati yang belum dituntut
walau hanya dalam mimpi.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home